Dulu, saya sering bersilang pendapat dengan seseorang atau beberapa orang di miling list. Perdebatan sering menjadi untaian topik yang panjang, melibatkan anggota milis lainnya. Pernah juga sampai ditegur oleh sahabat yang menjadi moderator di milis tersebut, baik lewat japri maupun sms.
Perdebatan terjadi karena saya sering melempar isu yang sensitif, mungkin menyinggung perasaan orang lain. Kata-kata tidak bernada, sehingga kita menangkap makna kata berdasarkan skema yang sudah ada dalam memori kita. Misalnya kita punya skema yang berbeda tentang buku jelek. Buku jelek yang ada dalam skema memori saya adalah buku yang telling bukan showing. Sedangkan menurut orang lain, buku dengan cara bertutur telling, misalnya penuh dengan kutipan ayat-ayat sucilah yang bagus. Maka, ketika saya bilang, buku si A garing banget, ada yang tidak sependapat, terjadilah perdebatan.
Penyebab lain karena saya terlalu cepat menanggapi posting seseorang. Misalnya ada seseorang yang bilang, “bikin buku anak tuh, gampang! Cuma berapa kalimat gitu, apa susahnya!” Tanpa pikir panjang saya membalas, “ngomong sih enak, kalau emang gampang coba bikin, perasaan ge belum pernah nemu buku anak karya lo!” Saya menulis tanpa berpikir jauh ke depan, menulis dengan emosi marah. Jelas kalimat saya yang bersifat negatif ini akan memancing kemarahan, hingga terjadilah silang pendapat. Perdebatan akan semakin panas, manakala ada pihak-pihak yang ikut mendukung.
Sekarang saya, berusaha menahan diri. Tidak buru-buru menanggapi posting dari orang yang mungkin cuma iseng. Pernah saya mendapat posting dari Murtadin Kafirun yang mengirimkan foto cabul Nabi Muhammad. Ia juga sering menempelkan link aneh-aneh di kolom komentar facebook. Dari namanya saja, saya menganggap ada yang salah pada si Murtadin ini. Saya menilai dia sebagai orang yang tidak perlu ditanggapi, atau mungkin orang yang perlu mendapat bantuan dari psiater. Saya hapus saja semua pesan dan jejak mayanya. Beres!