04/07/12

Pelajaran Hidup dari Penjual Mie Ayam


DuniaQ Duniamu





Saat itu hari libur, bertepatan dengan hari libur biasanya sanak saudara
saya berkunjung ke rumah. Maklum, saya anak tertua, sehingga wajar saja jika
adik dan anak-anaknya sering bermain ke rumah saya. Tujuannya jelas, menemani
saya dan suami. Kebetulan, dua anak saya tidak berada di tanah air, mereka
menimba ilmu di Belanda dan Amerika. Maka, beginilah hidup kami sehari-harinya,
menanam tanaman dan memperjualbelikan. Ya, saya dan suami adalah pengusaha
tanaman. Bisnis ini sudah berjalan sekitar delapan tahun dan Alhamdulillah
berkembang pesat meski sesekali rugi tidak bisa dihindari.





Hari Minggu itu saya menawari adik dan keponakan untuk makan siang menu
mi ayam yang kebetulan lewat di depan komplek. Mereka setuju, karena memang
saya tahu kesukaan mereka. Berkali-kali saya membuatkan mereka mi ayam, tapi
berhubung hari itu saya sedang kelelahan karena banyaknya pesanan tanaman, maka
saya putuskan untuk membeli saja.





Tiba saat membayar, saya melihat penjual mi ayam tersebut tengah
memisah-misahkan uang hasil dagangan ke dalam tempat yang berbeda-beda. Satu ke
dalam dompet, laci, dan kaleng susu usang. Karena penasaran, saya pun
memberanikan diri untuk bertanya. Namun, alangkah terkejutnya saya mendengar
jawaban penjual mi ayam tersebut.





Sambil tersenyum, penjual tersebut menerangkan bahwa uang yang
didapatnya dari berjualan mi ayam sengaja dipisahkan. Uang yang masuk dompet
untuk keperluan sehari-hari, uang yang masuk laci untuk bersedekah dan menabung
untuk berqurban saat idul adha, sedangkan uang yang masuk kaleng susu untuk
membiayai dirinya yang ingin berhaji ke tanah suci.





Masyaallah, saya tersentuh saat itu juga. Betapa saya jarang beramal
padahal materi yang saya miliki tentunya jauh lebih banyak dibandingkan dengan
penjual mi ayam yang semangkoknya dihargai lima ribu rupiah itu. Berulang kali
saya mengucapkan terima kasih pada penjual. Terima kasih karena telah diajarkan
bagaimana mengatur keuangan yang baik seperti yang diajarkan dalam agama.





Begitulah, semoga kita semua dapat mengambil hikmah dari pengalaman
tersebut.